Blog tentang Batak dan segala sesuatu tentangnya.

Sabtu, 01 September 2018

Mereka Menaikkan Bendera dan Memotong Kambing Hitam


SOPO - Tahun lalu, setiap bulan Agustus puluhan warga kampung Lubuk Buaya di Desa Sei Kamah Baru Dusun I Kecamatan Sei Dadap Kabupaten Asahan kerap menolak menaikkan bendera. Pasalnya sejak bangsa ini merdeka, selama itu pula kampung mereka tidak pernah disentuh listrik.

Warga menaikkan bendera setelah listrik masuk.
Namun, setelah pemberitaan tersebut ramai diwartakan oleh media-media cetak maupun online hingga informasi tersebut sampai ke Pemerintah Kabupaten Asahan. Tak menunggu waktu lama, awal tahun 2018 lalu, tiang-tiang listrik telah terpasang dan saat ini warga sudah menikmati listrik yang masuk ke rumah-rumah.

Kini mereka menaikkan bendera. Kampung yang dulunya dihuni 28 kepala keluarga itu akhirnya terbebas dari kegelapan meski sekarang hanya dihuni 12 kepala keluarga saja, karena saat itu listrik belum masuk. Kini tak menutup kemungkinan kampung warga Lubuk Buaya yang sempat pindah akan kembali lagi ke kampung mereka karena sudah teraliri listrik.

Secara geografis, kampung Lubuk Buaya dikepung atau berada di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit  milik PTPN III. Sulitnya untuk memasukkan tiang dan jaringan listik ke kampung tersebut menjadi kendala  saat itu.

Pejabat pemerintah terkait beralasan biaya pemasangan instalasi listik tersebut terlalu besar jika hanya untuk mencukupi kebutuhan penerangan kampung yang hanya dihuni 12 kepala keluarga.

Saat itu, Muslim, tetua masyarakat kampung Lubuk Buaya pernah bernazar (berniat) di hadapan para wartawan yang mewawancarainya setahun yang lalu. Jika kampung mereka teraliri listrik, maka akan dikurbankan seekor kambing untuk dimakan bersama sebagai bentuk syukur.

“Sebenarnya orang abang-abang ini (wartawan) sudah lama kami cari, tapi kami tak punya kontaknya. Kami mau membayar nazar potong kambing kita makan bersama disini sebagai bentuk syukur bahwa kampung ini sudah dialiri listrik,” kata Muslim saat berbincang bersama wartawan di tengah acara syukuran yang digelar, Kamis (30/8).

Muslim menambahkan, seluruh warga kampung sangat berterimakasih atas pemberitaan yang pernah ditulis media cetak dan elektronik kurang lebih setahun yang lalu. Karena ramai diberitakan, dipenghujung tahun 2017 lalu, jaringan tiang listrik sudah masuk ke desa mereka dan sekarang mereka tak perlu mengandalkan mesin genset lagi ketika malam hari. Dulu, malam hari kampung itu sepi, yang terdengar hanya suara jangkrik.

“Sekarang mesin gensetnya kami museum kan. Karena sudah belasan tahun itu dipakai. Sering rusak,” kata Muslim disela-sela jamuan makan bersama dengan warga setempat.

Sebelumnya pria paruh baya yang sehari-hari berprofesi sebagai petani ini mengakui warga sekitar beberapa tahun yang lalu pernah dijanjikan oleh oknum yang mengatasnamakan pihak PLN dan menyarankan warga untuk membeli meteran seharga ratusan ribu. Namun uang pembayaran meteran sudah diberikan listrik yang dijanjikan tak pernah datang. (bbs/int)


Loading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar