Ilustrasi. |
Sedangkan hasangapon berarti martabat. Ini terkait dengan pangkat, karir, dan status sosial seseorang dalam kehidupan masyarakat. Itulah sebabnya orang Batak selalu terdoktrin untuk mencari pangkat dan jabatan dalam setiap profesinya. Sementara kekayaan adalah menyangkut seluruh harta dan kekayaan yang dimiliki seseorang. Orang Batak bisa dikatakan sukses jika memiliki ketiganya.
Nah, darimana sesungguhnya datangnya filsafat itu? Apa latarbelakangnya? Ternyata filsafat ini tidak lahir begitu saja, ia sangat terkait juga dengan filsafat dalihan na tolu. Dan dalihan na tolu inilah dasar atau pijakannya. Lebih jelasnya begini:
1. Kalau seseorang ingin memperoleh kehormatan (hasangapon), maka ia harus manat mardongan tubu (hormat kepada saudara sedarah atau semarga). Yang pantas disebut abang, harus diperlakukan sebagai abang, begitu sebaliknya: yang pantas disebut adik, harus diperlakukan sebagai adik. Jangan karena kita hebat atau berpangkat, abang tidak lagi dihormati. Ini sama saja tidak sangap (tidak bermartabat).
2. Jika seseorang ingin gabe, maka ia harus hormat kepada pihak keluarga perempuan, atau somba marhula-hula. Leluhur orang Batak percaya, barangsiapa tidak somba marhula-hula, ia akan sulit menjadi orang yang gabe.
3. Jika seseorang ingin kaya, dia harus elek marboru. Boru tidak bisa diperlakukan sebagai pembantu yang bisa seenaknya disuruh melakukan apapun, tapi harus penuh permakluman. Elek dalam hal ini bukan pula berarti memanjakan. Elek adalah satu kata dalam bahasa Batak yang juga bermakna dihormati, dihargai dan diapresiasi. (berbagai sumber/int)
Loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar