Blog tentang Batak dan segala sesuatu tentangnya.

Senin, 10 Desember 2018

Benih Cinta di Warung Bakso Berujung Pembunuhan Sadis


SOPO - Senin (3/12/18) lalu, sebuah peristiwa pembunuhan membuat heboh warg Kampung Aek Polan, Kabupaten Asahan. Seorang pria bernama Rudi Selamat (55) tewas berimbah darah, diduga dibantai pria selingkuhan istrinya. Pagi itu sekira pukul 07.10 WIB, warga menemukan Rudi tergeletak dengan kondisi mengenaskan.

Mahyaruddin dan Susilawaty saat ditangkap polisi. 
Sejak peristiwa itu, istri korban bernama Susilawaty (38) melarikan diri dengan selingkuhannya, sang pembunuh suamianya, yang berlakangan diketahui bernama Mahyaruddin Siregar (40). Tapi pelarian keduanya sudah berakhir.

Mahyaruddin dan Susilawaty ditangkap polisi di Rokan Hulu, Riau, pada Jumat (7/12/18) dan diboyong ke Polres Asahan pada Sabtu (8/12/18).

"Pelarian kedua tersangka sudah sempat jauh. Anggota kami di lapangan bertaruh nyawa untuk mendapatkan mereka di Rokan Hulu. Sampai naik sampan segala. Mahyaruddin terpaksa kita tembak di bagian kaki karena berusaha melarikan diri," kata Kapolres Asahan AKBP Faisal F Napitupulu kepada sejumlah awak media pada saat pemaparan kasus, Sabtu (8/12/18) di Mapolres Asahan.

Kepada wartawan, Mahyaruddin menceritakan, waktu korban datang ke rumahnya dan kebetulan Susi berada di situ. Rudi menggila. Emosinya memuncak. Pintu rumah yang dikunci didobrak paksa. Ketika pintu terbuka, korban menghajar dirinya tanpa ampun disaksikan Susi dan dua anak mereka.

"Saya sudah minta tolong, tapi terus dihajar sampai kepala saya bocor. Saya ingin melarikan diri dari dapur, tapi semua pintu sudah dikuncinya," cerita Mahyaruddin.

Saat terdesak, ia melihat sebilah pisau di dapur belakang rumah, lantas menggunakan senjata tajam itu untuk melanjutkan pertarungan. "Saya tak punya niat membunuh, pak. Pisau itu memang saya ambil karena saya sudah terancam dan kalah berantam sama almarhum," ujarnya.

Sama-sama tersulut emosi, pelaku menikam tubuh korban tanpa ampun. Susi sempat ingin memisahkan keduanya. Namun perempuan itu tak sanggup. Seketika, korban tewas bersimbah darah di tangan Mahyaruddin.

Suasana kacau. Mahyaruddin dan Susi kemudian kompak melarikan diri menggunakan sepedamotor milik korban.

Sementara, Susilawati, wanita yang diperebutkan dua lelaki itu, mengatakan, beberapa bulan lalu suaminya (Rudi) memberikan surat kuasa materai berisi: dia boleh menikah dengan lelaki manapun, karena diantara mereka sudah tidak ada kecocokan.

"Ada surat pernyataannya dan ditandatangani kepala desa. Almarhum ini memang sudah sering menyiksa aku. Uang belanja tak dikasih, sering marah dan memukul," ujar Susi sembari mengatakan, untuk kebutuhan sehari-hari, dia harus mencari uang tambahan dengan bekerja di salah satu mini market di Kisaran.

Susi tak tahan. Profesi korban yang hanya anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) membuat dapur rumah mereka kadang tak berasap. Sambil tersedu-sedu, Ibu lima anak ini mengisahkan bahwa korban jarang menafkahi keluarga.

“Aku harus kerja di warung bakso. Karena almarhum jarang kasih uang. Kalau aku tanya soal uang belanja, aku sering dipukuli,” ujarnya.

Saat bekerja di warung bakso, Susi mendapat upah Rp40 ribu per hari. Di sanalah ia sering bertemu dengan Mahyaruddin, pelanggan warung bakso tersebut.

Benih cinta tumbuh. Mayharuddin yang berstatus duda menaruh hati pada Susi. Lalu mereka menikah siri. Susi berhasil meyakinkan Mahyaruddin bahwa ia bebas dipersunting pria manapun berbekal surat bermaterai yang ditandatangani korban.

Saat peristiwa itu terjadi, Susi tengah hamil dua bulan. Dia mengandung anak Mahyaruddin. Rupanya cinta Mahyaruddin dan Susi malah membuat korban murka dan sakit hati. Hingga petaka pagi lewat duel maut itu merenggut nyawanya. (bbs/int)


Loading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar