SOPO - Hampir di seluruh daerah di kawasan Tanah Batak, tuak pasti dikenal. Bahkan, di daerah tertentu, tuak ini sudah diminum sejak usia kanak-anak. Di desa-desa pedalaman, tuak bahkan dijadikan minuman pagi usai sarapan. Tak hanya kaum pria, wanita juga ikut minum tuak. Nah, ada apa sebenarnya dengan tuak? Simak beberapa fakta berikut ini:
Aktivitas menyadap tuak. [Foto/int) |
Namun belakangan, tuak mendapat stigma negatif di masyarakat, dianggap sebagai minuman memabukkan, tidak pantas diminum, dilarang, atau bahkan haram. Sesungguhnya, tuak adalah minuman yang alami karena berasal dari pohon enau asli, tidak ada campuran kimia. Memang benar, jika minum terlalu banyak, tuak membuat mabuk. Tapi apapun jika dikonsumsi secara berlebihan, pasti akan menyebabkan masalah. Bukan hanya tuak.
Jika kita cermati acara adat orang Batak, kita pasti menemukan tuak. Baik di acara pernikahan, acara pemakaman, acara manulangi, dan lain-lain. Apakah dalam acara itu mereka mabuk-mabukan? Tentu tidak.
Tuak adalah pelengkap dan peryaratan dalam adat Batak. Tuak digambarkan sebagai pemenuh dahaga, pembawa kejernihan pikiran dan berkat bagi orang yang meminumnya.
Selain itu, tuak merupakan salah satu minuman jamuan kepada tamu orang Batak meski sekarang tradisi hanya berlaku bagi masyarakat tradisional. Tentu saja, porsi yang diberikan kepada tamu tidak akan berlebih. Sebab mereka tahu pada porsi bagaimana tuak sebagai penghangat, dan pada porsi yang bagaimana menyebabkan mabuk.
Nah, yang terakhir, ada yang bilang, tuak adalah simbol atau lambang kejantanan bagi pria Batak. Benarkah demikian? Entahlah. Tapi pada daerah-daerah tertentu, jika seorang pria tidak minum tuak, dia dianggap tidak lazim. Istilahnya tidak jantan. Bahkan, remaja-remaja pria di suatu daerah sering menjadikan tuak sebagai ukuran kelelakian.
Misalnya, para remaja pria akan berkata, "Ah, si Polan ga minum tuak. Benconglah. Si Anu ga usah dikawani, masa minum tuak aja ga mau. Kayak perempuan." Kenyataan seperti selalu ada di desa-desa tertentu.
Tidak ada sumber yang dapat memastikan sejak kapan tuak menjadi minuman tradisional masyarakat Batak dalam riwayat kulturnya. Tapi yang pasti, kita telah menyaksikan bahwa tuak adalah sajian pelengkap pada kondisi tertentu dalam tradisi. Dan minuman itu sejak lama telah digunakan sebagai simbol kejantanan bagi para pria.
Demikian memang, setelah minum Tuak, dalam diri seorang pria akan timbul keberanian untuk menghadapi lawan tanpa berpikir tentang risiko. Begitulah kisahnya. Bagaimana menurut Anda? (berbagai sumber/int)
Loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar