Danau Toba. |
"Lintah memang merupakan indikator pencemaran. Jadi, jika sudah ditemukan lintah, maka kualitas air tersebut sudah tidak baik. Tidak baik dipergunakan untuk mandi maupun diminum," ujar Hidayati, Senin (20/2/17).
Menurutnya, dari 96 dusun di sekitaran Danau Toba, hanya tiga dusun yang tidak menggunakan air Danau Toba sebagai air baku. Meskipun di beberapa titik, ada yang menilai air Danau Toba belum tercemar, namun hal itu tetap tidak bisa dijadikan indikasi kualitas air tidak tercemar.
"Kalau bisa jangan ada lagi perkataan yang melonggar-longgarkan Danau Toba. Saya katakan ini memang dari sisi lingkungannya," ujarnya kembali.
Ia pun menyatakan bahwa sejak tahun 2012 bahwa Danau Toba telah tercemar. Adanya lintah di perairan Danau Toba bukan hanya kali ini saja, melainkan sudah dari tahun 2012.
"Saya kan juga sudah pernah bilang adanya lintah ditemukan di Danau Toba. Dengan kata lain dari tahun 2012 hingga sekarang, kualitas air Danau Toba memang semakin buruk," jelasnya.
Ia pun tidak bisa memastikan secara pasti di mana saja, kualitas air Danau Toba yang telah tercemar buruk. Hanya saja ia menjelaskan untuk daerah-daerah seperti Haranggaol dan Ajibata yang merupakan kawasan pemukiman padat penduduk, kualitas air lebih tercemar.
Ke depan, karena Danau Toba akan dijadikan sebagai tempat wisata, maka pihaknya kembali mengimbau agar seluruh elemen baik itu perusahaan di sekitaran Danau Toba, masyarakat dan lainnya menjaga dan memelihara Danau Toba.
Bukan hanya itu, pihaknya juga akan membuat daya dukung dan daya tampung terbaru. Sementara ada 50 ribu ton dari kementerian untuk muatan jumlah ikan perusahaan. "Nanti semua perusahaan wajib mendukung produknya. Akan ada juga penataan KJA sama pemurnian air," ujarnya.
Terakhir ia juga mengatakan bahwa penemuan lintah tersebut kembali menjadi sinyal bahwa semua elemen harus melihat ini adalah peringatan. "Jadi jangan sampai kita lalai lagi," tandasnya. (Sumber: analisadaily.com)
Loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar