SOPO - Orang tua bayi kembar siam dempet perut, berharap kedua buah hatinya, Adam dan Malik, yang hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, agar segera menjalani operasi pemisahan. Sebab, mereka ingin membawa pulang kedua putra kembarnya itu ke kampung halaman, Tapanuli Utara.
Bayi kembar siam dempet dan kedua orangtuanya. |
Nurida juga berharap ada bantuan untuk si kembar yang diberi nama Adam dan Malik, sehingga dapat meringankan kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat. Seperti popok dan kebutuhan lainnyan
Terlebih, setelah dioperasi nanti membutuhkan asupan gizi yang seimbang, mengingat kedua bayi sudah berusia 7 bulan dan boleh makan makanan tambahan.
“Popok dan kebutuhan lain si kembar saat ini dapat bantuan dari Dinas Sosial Pemkab Taput. Sebelumnya, juga dibantu oleh pihak rumah sakit. Karena, kami memiliki masalah ekonomi lantaran bapaknya tidak lagi bekerja sebagai buruh getah karet,” ujarnya lirih.
Senada disampaikan Juliadi. Ia mengaku saat ini sudah melewati masa lelahnya setelah selama 7 bulan berada di rumah sakit tersebut menunggu kedua buah hatinya secara bergantian dengan istrinya. Namun demikian, kini harus berpasrah dengan keadaan karena kesulitan ekonomi. “Saya hanya memiliki pekerjaan sebagai buruh getah karet. Ini anak kami ketiga dan keempat, saya tidak menyangka dengan keadaan Adam dan Malik,” ucapnya.
Diutarakan Juliadi, Adam dan Malik lahir di RSUD Sibolga dengan berat badan 4,7 kg. Setelah dirawat selama beberapa hari, kemudian dipindah ke RSUP Haji Adam Malik, Medan. “Saya sempat berpikir untuk membawanya pulang ke rumah, di Desa Manalu Purba, Kecamatan Parmonangan, Taput dan merawatnya di sana. Namun, pihak rumah sakit melarang karena alasan medis,” tuturnya.
Ia menyebutkan, sudah pontang-panting merawat Adam dan Malik. Sebab harus meninggalkan anak pertama dan keduanya yang dititipkan ke orangtua serta mertuanya. Anak pertama adalah Jevanya Joi Silitonga (5), berada di Desa Manalu Purba. Sedangkan anak kedua, Rahel Silitonga (2,5) di Tapanuli Selatan.
“Pekerjaan saya sebagai buruh tak lagi bisa dilakukan karena harus merawat Adam dan Malik. Tapi, beruntung karena biaya perawatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Akan tetapi, untuk membeli popok dan perlengkapan bayi tidak punya uang sehingga mengharapkan uluran tangan donatur yang datang,” harapnya.
Terkait operasi pemisahan kedua anaknya, Juliadi tak menampik. Kata dia, sebelumnya sudah ada pembicaraan dengan tim dokter namun belum ada ditentukan tanggal dan waktunya. “Kondisi kedua bayi saat ini sehat dan sudah bisa dilakukan operasi pemisahan. Harapannya, operasi nanti berjalan lancar dan mudah-mudahan sehat,” pungkasnya.
Kasubag Humas RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, kondisi bayi kembar tersebut secara umum sehat. “Kita sudah membentuk tim untuk penanganan Adam dan Malik karena pemisahan bayi kembar siam ini sudah direncanakan akan melibatkan banyak dokter, seperti dokter anestesi, dokter bedah, dokter anak, dan lainnya,” kata Rosa.
Dari pemeriksaan sejauh ini, sebut dia, diperoleh hasil tidak ada yang mengkhawatirkan. Artinya, dua bayi tersebut memiliki organ tubuh yang lengkap. “Hanya berdempetan pada perut bagian atas saja, masing-masing bayi memiliki organ tubuh yang lengkap. Tim dokter masih berproses karena ini operasi besar yang melibatkan banyak bagian. Kita juga perlu mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung serta fisik si kembar,” jelasnya.
Rosa menambahkan, sarana dan prasarananya sendiri pihak rumah sakit mengkalkulasi kemungkinan terburuk. Dengan kata lain, walaupun kondisi si bayi baik tidak menutup kemungkinan siapa tahu nanti ada keadaan yang tidak diinginkan. “Jadi sarana dan prasarana untuk itu harus dipersiapkan agar rencana operasi itu matang,” pungkasnya.
Bayi kembar siam dempet perut asal Tapanuli Utara, dirujuk dari RSUD Sibolga ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, lahir pada 22 November 2018.
JS, ayah kedua bayi itu mengatakan, bayi kembar siamnya merupakan anak ketiga dan keempat hasil pernikahannya dengan istrinya NS. Menurut pria 29 tahun yang tinggal di Tapanuli Utara ini, tidak ada tanda atau gejala yang dirasakan isterinya selama kehamilan. Hanya saja, perut istrinya memang lebih besar dibanding kehamilan sebelumnya.
Setelah lahir, kedua bayinya sempat dirawat di RSUD Sibolga selama 5 hari. Namun akhirnya dirujuk ke RSUP H Adam Malik karena peralatan di RSUD Sibolga kurang lengkap. Ia berharap kedua bayinya bisa dipisahkan dengan selamat.
“Istri saya tidak ikut, karena masih masa pemulihan pasca operasi. Kami berobat menggunakan BPJS Kesehatan. Semoga bayi kami bisa dipisah dengan selamat,” harap penderes karet ini mengakhiri.
Kasubag Humas RSUP H Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, bayi kembar siam dempet perut itu masuk ke RSUP H Adam Malik, Selasa (27/11) pukul 08.10 WIB berdasarkan rujukan dari RSUD Sibolga. Bayi itu memiliki berat badan 4,7 Kg dengan tinggi 45,55 Cm.
Setelah 7 bulan dirawat, Bayi kembar siam akan menjalani operasi pemisahan tubuhnya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik. Untuk operasi pemisahan tubuh bayi sudah dibentuk tim medis. Tim yang dibentuk melibatkan banyak bagian, mulai dari dokter anak, dokter bedah anak, radiologi, jantung dan lain sebagainya. “Tim sebenarnya sudah beberapa kali rapat untuk penanganannya, akan tetapi memang belum ditentukan waktunya. Saat ini masih persiapan memenuhi sarana dan prasarana,” ujar Rosa.
Menurut Rosa, meski saat ini kondisi Adam dan Malik dalam keadaan sehat, namun tetap harus ada analisis risiko. Hal ini untuk mengantisipasi banyak kemungkinan. Namun begitu, tim dokter optimis dengan operasi yang akan dilakukan. Sebab, berdasarkan pengalaman tahun 2017 tim dokter juga sudah berhasil memisahkan bayi kembar siam dempet Sahira dan Fahira yang mengalami kelainan pada jantung.
“Sampai sekarang kondisinya (Sahira dan Fahira) sehat dan operasi berhasil. Kini, usianya sudah dua tahun. Nah, untuk Adam dan Malik tidak sesulit itu karena kondisinya sehat,” katanya.
Sedangkan biaya perawatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun, untuk kebutuhan sehari-hari tidak lantaran ibu dan bapaknya mengalami kesulitan ekonomi. Begitu juga dengan kebutuhan popok, tisu bayi, minyak dan lainnya. “Selama ini ibu dan bapaknya sudah curhat kurang mampu, sehingga perawat dan dokter patungan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari Adam dan Malik,” ucapnya. (bbs/int)
Loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar