SOPO - Orang Batak sangat akrab dengan ikan mas. Sebab jenis ikan ini paling banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat masakan tradisional yang disebut ikan arsik atau na niarsik. Dalam bahasa Batak disebut dekke arsik atau dekke na niarsik. Apa makna filosofis kuliner khas ini bagi orang Batak?
Ikan mas arsik. |
Intinya, dekke na niarsik atau ikan mas arsik adalah wujud nyata dalam kehidupan orang Batak, sebuah hidangan khas yang sekaligus berfungsi sebagai simbol-simbol penting dalam kehidupan.
Jumlah ikan mas yang diberikan harus selalu ganjil, yaitu satu, tiga, lima, tujuh. Masing-masing jumlah ini memiliki arti sesuai dengan ketentuan adat Batak, yaitu: satu ekor diperuntukkan bagi pasangan yang baru menikah, tiga ekor bagi pasangan suami- istri yang mendapatkan anak, lima ekor bagi orang tua yang sudah mempunyai cucu, tujuh ekor diperuntukkan bagi pemimpin bangsa Batak saja. Yang terakhir ini jarang diberikan karena jumlah ini dianggap sudah melewati batas masa kehidupan seseorang.
Jika anak lahir, terutama jika yang lahir adalah anak pertama. Sesuai hukum adat Batak, pihak hula-hula (kelompok marga dari si ibu) harus menyediakan pasu-pasu yang dimanifestasikan dalam bentuk dekke na niarsik. Tiga ekor ikan Mas yang diberikan melambangkan bahwa telah bertambah satu orang anggota dalam keluarga tersebut. Satu untuk si Bapak, satu bagi ibunya, dan satu lagi untuk anak yang baru lahir tersebut.
Bagi pasangan yang baru menikah, jumlah ikan yang diberikan orang tua sigadis hanya satu ekor ikan mas yang mana ini melambangkan harapan bahwa kedua orang yang mengikat diri dalam jalinan pernikahan tersebut telah menjadi satu. Ikan mas yang diberikan ini sekaligus melambangkan berkat-berkat dari orang tua yang melepas si gadis karena ia telah menjadi bagian dari keluarga suaminya. Ikan mas yang diberikan adalah ikan betina yang bertelur. Hal ini diwajibkan bagi pasangan suami-istri yang baru menikah sebagai pertanda bahwa orang tua si perempuan berharap agar borunya (anak perempuan) dapat memiliki keturunan.
Penyajian dekke ini pada dasarnya tidak boleh sembarangan dikarenakan banyaknya makna yang terkandung didalamnya. Dekke yang akan disajikan haruslah tetap dalam kondisi utuh, mulai dari kepala hingga ekor. Sisiknya pun tidak boleh dibuang. Ini melambangkan gambaran utuh kehidupan manusia. Ikan tidak boleh dipotong-potong karena orang yang menerimanya tidak akan memperoleh keturunan, memotong-motong ikan ini sama artinya dengan mengharapkan orang yang menerimanya tidak memperoleh keturunan.
BACA JUGA: Cewek Batak Wajib Tahu, Ini Cara Meracik Ikan Naniarsik
Selain itu dekke na niarsik ini harus disajikan dalam posisi tegak kepala menghadap ke orang yang menerimanya. Bila jumlahnya lebih dari satu, maka semua ikan harus dibariskan sejajar. Dalam bahasa Batak disebut dekke si mundur, keluarga yang menerima ikan ini diharapkan dapat berjalan sejajar atau beriringan menuju arah dan tujuan yang sama. Sehingga bila ada permasalahan dan rintangan yang menghalangi dapat diselesaikan secara bersama oleh setiap anggota keluarga. (berbagai sumber/int)
Loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar