SOPO - Sebuah peristiwa heboh terjadi di Asahan, Senin (30/4/18) lalu. Sebuah sumur tua digali untuk mencari jasad atau tulang-belulang 8 orang keluarga Kesultanan Asahan yang dibantai, dibunuh dan dibuang ke sumur itu.
![]() |
Sumur tua digali. |
Dikatakan, mereka adalah korban revolusi sosial di kesultanan Asahan pada tanggal 3 Maret 1946. Menurut informasi, sumur tua itu merupakan tempat pembuangan/kuburan massal keluarga Kesultanan Asahan yang menjadi korban Revolusi Sosial Tahun 1946.
Ketua Panitia penggalian sumur, Indra Syah, menjelaskan, penggalian ini sempat tertunda karena kendala masalah izin penggalian di titik lokasi Afdeling VI PTPN III kebun Sei Dadap Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.
Sebelumnya, undangan dan jadwal kegiatan mengenai penggalian dan pemakaman kembali korban Revolusi Sosial 1946 Kesultanan Asahan ini sempat tersebar ke Masjid Raya Sultan Achmadsyah Tanjungbalai. Di lokasi, sejumlah karyawan perkebunan PTPN III menutup akses menuju titik penggalian dengan alasan menunggu perintah pimpinan.
Sekedar diketahui, sumur itu diduga dijadikan kuburan para korban Revolusi Sosial 1946 di kawasan Afdeling VI PTPN III akan digali Tim Lembaga Budaya Melayu Tuah Deli dan Kesultanan Asahan. Awalnya rencana penggalian mulai dilaksanakan Kamis (29/3/18) lalu, dan akan dimakamkan kembali di komplek Masjid Raya Sultan Ahmadsyah kota Tanjungbalai. Penggalian ini merupakan inisiatif dari keturunan para korban revolusi sosial 1946.
“Penggalian ini merupakan inisiatif dari keturunan para korban revolusi sosial 1946. tujuannya untuk mengungkap kebenaran dan menggali sejarah bahwa pernah terjadi pembantaian besar-besaran di Sumatera Timur atau sering disebut revolusi sosial,” kata Indra Syah.
Indra menyebutkan, proses penggalian berlangsung selama tiga hari. Mulai dari pembersihan lokasi, persiapan penggalian, pembacaan doa dan ritual adat penggalian, penggalian dan pemberangkatan jenazah ke Masjid Raya Sultan Ahmadsyah, di Tanjungbalai.
Selanjutnya pelaksanaan fardhu kifayah (sholat jenazah), takziah keluarga dan kerabat, pemakaman kembali di komplek Masjid Raya Sultan Ahmadsyah, dan terakhir doa.
“Kegiatan ini kita lakukan tidak terlepas dari keinginan keturunan para korban yang ingin orang tua mereka dimakamkan secara syariat Islam melalui fardhu kifayah,” ujar Indra Syah. (sumber: metroasahan.com/int)
Loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar