SOPO - Pelaku pembunuhan bendahara gereja Rosmainar Simanjuntak (52) ternyata ikut mengerumuni jasad korban dan pura-pura bersedih. Warga terkelabui dan curiga kepada SPS karena korban adalah namboru (saudara perempuan ayah, red) pelaku.
Jasad Rosmainar saat ditemukan di kebun karet. |
Pembunuhan itu berlangsung sekitar pukul 07.00 WIB pagi. Pukul 09.00 WIB, ada warga yang datang ke tempat pelaku bekerja mengambil batu dan mengatakan kepadanya bahwa namboru-nya telah dibunuh. Setelah itu, pelaku mendatangi tempat kejadian dan ikut mengerumuni jasad korban, pura-pura sedih melihat namboru-nya tersebut terbujur kaku bersimbah darah di bawah pohon karet di kebun miliknya.
“Dilihatnya lagi jenazah namboru-nya itu sambil geleng-geleng kepala. Warga sudah ramai mengelilingi jenazah, menunggu polisi datang. Dia juga bilang ‘ikkon dapot pelaku na ate. Kejam nai pelaku ni on (harus sampai dapat pelakunya. Kejam sekali pelaku ini)’,” ungkap warga ini menirukan perkataan pelaku nya menirukan perkataan pelaku saat itu.
Sikap pelaku membuat warga sekitar tidak sedikit pun menaruh curiga padanya. Baru setelah pelaku tiba-tiba menghilang pada sore harinya, timbul kecurigaan warga dan yakin bahwa SPS adalah pelakunya.
“Pukul 18.00 WIB, dia (pelaku) sudah nggak nampak lagi di kampung. Saat istrinya ditanya, katanya pergi merantau ke Kalimantan. Bagaimana pula namboru-nya meninggal, dia pergi merantau,” ketusnya sambil geleng-geleng mengingat kejadian tersebut.
Bersama warga lainnya dan kepala desa setempat, mereka mengatur strategi untuk mengungkap pelaku. Mereka mencoba mengikuti gerak-gerik istri pelaku. Kecurigaan warga semakin besar, waktu kepala desa mencoba mengundang istri pelaku untuk datang ke rumahnya. Namun, dengan berbagai alasan, istri pelaku menolak dan berusaha menghindar. “Disuruh datang ke rumah kepala desa, nggak mau dia (istri pelaku). Dihubungi, nggak bisa, katanya hp-nya hilang,” ujarnya.
Akhirnya, petugas datang dan menyita hp milik istri pelaku. Di hp tersebut, akhirnya petugas menemukan titik terang. Ada percakapan antara pelaku dengan istrinya. Dimana, pelaku dalam pesan singkatnya mengakui perbuatannya yang telah membunuh namboru-nya.
“Barulah diakui istrinya kalau suaminya yang membunuh namborunya. Awalnya, katanya hilang hp-nya. Setelah diperiksa, dapatlah. Dibacakan semua SMS yang masuk. Ada SMS bahwa suaminya mengakui kalau dialah pembunuh namboru-nya itu,” kata warga ini.
Bersama beberapa orang warga dan kepala desa, pihak Polres Tapteng akhirnya mengejar pelaku ke tempat persembunyiannya di daerah Tapanuli Utara. Pelaku ditangkap pada Minggu (3/9/17) sekira pukul 23.30 WIB saat sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya sambil minum tuak di sebuah warung. “Dikejarlah sampai ke Taput. Ditangkap di lapo tuak,” ungkapnya.
Waktu pertama kali ditangkap, pelaku sempat bertanya kepada petugas kenapa dirinya ditangkap. “Dia tinggal di rumah kawannya. Waktu ditangkap, sempat menolak dan bertanya apa salahnya,” ujar warga ini.
Beberapa saat setelah dilakukan pendekatan dan menunjukkan bukti-bukti SMS yang dia kirim kepada istrinya, pelaku akhirnya mengakui perbuatannya. Dalam perjalanan dari Taput menuju Tapteng, pelaku sempat mengatakan kepada warga bahwa dia terbayang kepada 4 anaknya yang masih kecil-kecil. Dikatakan, selama menjalani proses hukum yang diprediksi panjang, dia tidak tahu bagaimana anak-anaknya nanti, karena hanya dia yang menjadi tulang punggung keluarga, sementara istrinya tidak memilki pekerjaan. (sumber: newtapanuli/bbs/int)
Loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar