Blog tentang Batak dan segala sesuatu tentangnya.

Senin, 24 Juli 2017

Danau Toba 'Digempur', Batak akan Tenggelam?


SOPO - Pemerintah terus bergiat dan semangat melaksanakan percepatan pembangunan insfrastruktur di Kawasan Danau Toba. Ibaratnya, Danau Toba seperti digempur pembangunan, dari berbagai sisi.
Ilustrasi.
Secara khusus, Orang Batak tentu bangga akan hal itu. Dan secara umum, Indonesia akan bangga jika Danau Toba semakin dikenal dunia dan wisatawan akan meningkat. Yang pasti, perekonomian di kawasan itu akan hidup. Dan tampaknya, semua berlomba merealisasikan program yang dicanangkan Presiden Joko Widodo menjadikan daerah objek wisata itu sebagai "Monaco" di Asia.

Mari melihat ke belakang sejenak. Pada Maret tahun 2016 lalu, pemerintah pusat sudah menetapkan 9 langkah strategis dalam mendorong percepatan pengembangan Danau Toba, yakni:

1. Memperpanjang landasan pacu dan layanan Bandar Udara Sibisa di Kecamatan Ajibata, Toba Samosir (Tobasa).
2. Pembangunan sarana pendukung penginapan (tourist resort) di kawasan Danau Toba
3. Pembangunan jalan tol dari Bandara Kualanamu International Airport (KNIA) menuju Parapat
4. Pengerukan dan pendalaman danau di kawasan Tano Ponggol
5. Pembersihan kawasan Danau Toba
6. Penyediaan wilayah Toba seluas 500 ha untuk eco-tourism
7. Pembuatan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba.
8. Menggalakkan kampanye 'senyum' bagi warga Danau Toba.
9. Menggencarkan promosi lengkap dengan sejarah terbentuknya Danau Toba.

Ketika 9 langkah strategis itu dicanangkan tahun lalu, orang-orang Batak hanya diam bahkan merasa bangga? Terwujudkah 9 langkah itu? Sepertinya akan segera terwujud. Tapi kini, keresahan mulai muncul. Tidak ada langkah untuk MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT, BUDAYA dan TRADISI-TRADISI BATAK.

Para investor berlomba masuk menggencarkan pembangunan. Para pedagang mulai masuk dengan segala macam rumusnya. Dan mereka adalah orang-orang luar yang hanya mementingkan bisnis, mustahil mereka mempedulikan budaya. Sementara anak-anak Toba, sibuk di perantauan cari makan. Ya, anak-anak muda Batak di perantauan bangga melihat gempuran pembangunan di daerahnya.

Coba bayangkan, kawasan Toba kini dihuni orang-orangtua yang ditinggalkan anak-anak merantau. Pada saat yang sama datang raksasa-raksasa investasi. Meskipun sudah ada gerakan 'jangan jual tanah di Toba', tapi apakah itu bisa menyelamatkan budaya?

Jika seluruh program pembangunan Danau Toba sudah berhasil dan daerah itu digempur wisatawan, kemana orang-orang Batak. Apakah budaya besar bangsa Batak akan lestari? Apakah bangso Batak masih akan ada? Silahkan jawab sendiri. Horas...! (sopo toba)

Loading...

1 komentar: